Rabu, 19 Mei 2010

Ekonomi Perkotaan - Penetapan Core Competence

Pengembangan Ekonomi Perkotaan berkaitan juga dengan pemilihan kompetensi apa yang akan menjadi fokus pengembangan ekonomi lokal, di perkotaan ataupun wilayah. Mengenai core competence, tadinya saya juga mengacu kepada Prahalad, yang based nya korporat, Apakah bisa diterapkan untuk Daerah? Dari pengalaman saya berinteraksi lebih kena kalau diterapkan pada "klaster" Pak (ref: Porter, etc).

"One cluster, one product" lebih applicable kayaknya daripada "Sakasakti" (satu kabupaten satu kompetensi inti). Karena klaster bisa mencakup beberapa kabupaten bertetangga, sebaliknya dalam satu kabupaten bisa ada dua (klaster) unggulan. Klaster "bordir & busana muslim" di Sumbar bisa mencakup Kab Agam, Bukit Tinggi, Padang panjang, Pd Pariaman, Sebaliknya di Jepara selain Ukir/mebel, ada juga "tenun Troso" yang kuat dan terkenal itu. Begitu pula di Tasik, kan ada alas-kaki, anyaman dst.

Kedua, kita tahu CORE COMPTETENCE lebih "dalam" dari sekedar keunggulan membuat "produk" tertentu. Seperti core competence klaster mebel Jepara bisa diartikan "kepandaian kolektif ukir/ mebel + externalities pendukungnya + kemampuan interaksi dengan buyers nya". Sehingga dengan CC tersebut, Jepara sekarang bisa mencanangkan misi/kampanye "pengurangan unsur kayu" pada mebelnya (karena kayu mahal), tanpa harus kehilangan "basis kemampuan"nya. (Saya ikuti diskusi di depan Bupati tentang definisi competence mereka di ukir, mebel, kayu, atau ...?) Ini tentu terkait persepsi masing-masing atas SWOT nya.

Seninya juga menentukan "bisnis apa klaster ini?" (kompetensi bidang apa), karena "bisa lebih spesifik, bisa lebih luas". Ini menentukan pasar juga. Kompeten di ukir atau kayu, atau mebel, Seperti juga di Sumbar kompeten dalam bordir, songket, atau diperluas dengan "busana muslim" (berarti termasuk jahit bajunya).

Fadel Muhammad sewaktu menjadi Gubernur Gorontalo dengan fokus kuat dia menetapkan "jagung dan ikan" sebagai kompetensi daerahnya, artinya bukan produk mentahnya saja, tetapi supply-chain secara utuh dari hulu sampai ke hilir. Begitu fokus dan jelasnya, sehingga jelas pula pesannya bagi masyarakat dan pembeli.

Seperti Planner juga, dia ahli perencanaan, atau ahli tata ruang, atau ahli PWK yang lebih komprehensif, sehingga yang di kementerian macam-macam tapi masih masuk kategori ber-planning, sesuai core competence nya dalam "merencana (strategic)" , misalnya.

Kesimpulannya, core competence dalam pengembangan ekonomi lokal, khususnya Ekonomi Perkotaan sangat strategis agar upaya-upaya yang dilakukan lebih terfokus. (Risfan Munir)

Tidak ada komentar: