Sabtu, 04 Oktober 2008

City Marketing

Pemasaran kota (city marketing) menjadi topik relevan kalau melihat yang terjadi di pinggiran Jabodetabek. Di timur Bekasi misalnya, ada Lippo Cikarang, Kota Jababeka, Kota Delta Mas, Kota Wisata, dst. Kompetisi dalam menarik calon pembeli atau mempertahankan penghuni - baik residential, maupun untuk industri dan perdagangan - bisa menjadi kajian yang menarik.

Sebagai satu contoh kasus barangkali bisa diamati yang dikembangkan Kota Jababeka. Kota yang terbangun sejak 1989 ini sekarang berpenduduk 958.000 jiwa, pada lahan seluas 5.600ha. Ini sudah mendekati kota metro, kalau patokannya 1 juta jiwa. Yang dikelola oleh swasta.

Sebetulnya kalau diamati saat ini Jababeka lebih pada fase manajemen, bukan lagi development, kecuali sebagian kawasan. Kota ini telah diisi oleh 1.305 perusahaan, nasional dan multi-nasional. Setidaknya ada 23 negara asal investor. Jumlah karyawan yang berkerja 262.650 orang, dan 2.450 expatriate. Dengan rumah sebanyak 22.500 rumah.

Dengan skala sebesar itu Jababeka harus bisa bertahan dan tidak tergantung kepada dukungan 'external'. Oleh karena itu kota ini membangun power plant untuk mencukupi kebutuhan tenaga listrik. Untuk air bersih, dibangun dua water treatment plants. Sedang untuk pengolahan limbah ada dua waste water treatment plants.

City Marketing & Asset Management

Mudah difahami bahwa tujuan utama manajemen "kota mandiri" seperti Jababeka ini adalah mempertahankan bahkan mengembangkan jumlah kegiatan ekonomi. Terutama economic base nya. Keberhasilannya untuk mempertahankan sebagian besar industri melalui krisis ekonomi, perubahan politik serta krisis energi layak diangkat sebagai kajian perencanaan dan manajemen perkotaan.

Untuk itu bisa dilihat pertama dari aspek strategi dan manajemen pemasaran kotanya. Kedua dari aspek manajemen asetnya.

Dari strategi pemasarannya. Menyongsong era ke depan nampaknya kota ini mengimbangi citranya kota industrinya dengan pendidikan dan pengembangan teknologi. Ini dapat diamati dengan iklan universitas nya (President University), sementara yang telah ada, 16 sekolah menengah atas di samping pendidikan dasarnya, ada 36 vocational training institutions. Dan, rencana pengembangan techno-park.

Kedua, dari aspek manajemen aset propertinya. Dari pengamatan visual dapat dilihat bagaimana berbagai prasarana dan sarana fisik terpelihara baik. Apakah pertamanannya masih hijau di musim kemarau. Bagaimana kebersihan lingkungannya terjaga, tanpa ada penumpukan sampah.

Pada aspek pelayanan masyarakat, terbangun sarana kesehatan, sarana perbelanjaan, olah raga, dan seterusnya. Termasuk juga sarana transportasi dengan adanya 18 jalur angkutan umum. Juga, dihadirkannya pos/kantor Resor Polisi dan Kodim, serta sekitar 5000 anggota keamanan. Siap menjamin keamanan dan ketertiban lingkungan.

Fakta-fakta di atas bersumber dari brosur yang ada. Dari situ nampak bahwa style Jababeka memang lebih menonjolkan aspek fungsional, dari pada hal-hal yang sifatnya fatamorgana fantasi lokasi sebagai marketing gimmick.

Apakah dengan strategi ini Jababeka akan berhasil mengembangkan pasar dan mempertahankan investor penghuni yang ada? Itulah tantangannya. Kajian kasus city marketing ini akan lebih menarik kalau dihadirkan pula daya tarik dan strategi dari para pesaingnya. Fakta di atas baru menunjukkan komponen place dan product (asset), yang belum tahu adalah promotion dan pricing nya. Kinerja manajemen daya tarik dan daya saing tersebut tentu akan berpengaruh kepada nilai dan harga lahan kota yang bersangkutan. (Risfan Munir)

(Sumber: Brosur "Kota Jababeka at Glance")

Tidak ada komentar: