Kota Malang adalah kota besar yang telah berkembang sejak zaman Belanda. Pada masa itu Malang berfungsi sebagai kota tempat tinggal administratur perkebunan yang ada di lereng G. Semeru, G. Arjuno dan G. Kawi. Ketinggiannya membuat suhu udara sejuk.
Kota ini makin menarik dengan hadirnya Thomas Karsten yang mendesain kota dengan indah. Pola jaringan jalan utama yang mengindahkan pandangan ke arah gunung. Kekakuan pola kotak-kotak (grid) dihindari dengan lengkungan. Banyak taman kota dan delta di persimpangan jalan. Pepohonan yang meneduhi hampir semua jalan, dengan ketinggian dan kerapatan sesuai dengan hirarkhi jalan.
Kehidupan ekonomi awalnya ya pelayanan hinterland perkebunan tersebut. Sebagai kota pelayanan, sejak zaman Belanda fasilitas pendidikan sudah cukup menonjol di kota ini. Ditambah dengan udaranya yang sejuk, suasana tidak sepadat dan sesibuk Surabaya. Maka kegiatan pendidikan kian marak di kota ini.
Saat ini ada puluhan universitas besar, sebut saja Universitas Brawijaya, Univ. Negeri Malang, Univ. Merdeka, Univ. Muhammadiyah Malang, Institut Teknologi Malang, Institut Agama Islam, dan puluhan perguruan tinggi lainnya.
Kegiatan industri yang menonjol ialah pabrik rokok seperti Bentoel, Grendel, dan lainnya. Ada juga perusahaan karoseri bus Adi Putro. Selebihnya adalah industri kecil dan menengah seperti mebel dan lainnya.
Basis ekonomi di atas besar pengaruhnya terhadap permintaan dan pertumbuhan sektor properti. Permintaan (demand) ternyata tidak saja datang dari internal kota, tapi justru banyak dari luar kota, luar Jawa.
Citra kuat sebagai kota pendidikan telah menjadi daya tarik yang luar biasa. Banyak pembeli rumah datang dari kota-kota di Jawa Timur mapun dari Kalimantan, Maluku, Bali, Nusa Tenggara. Mereka adalah para alumni universitas di kota ini, yang bercita-cita untuk menyekolahkan anaknya di sini pula, sekaligus untuk berinvestasi.
Mereka itulah yang nampaknya telah menjadi pasar utama (prime customer) industri real estate di kota Malang. Ini adalah fenomena menarik, karena bagi kota seperti Malang ini analisis permintaan produk properti tidak hanya dari penduduk setempat tetapi juga dari kota bahkan pulau lain.
Banyak proyek perumahan skala besar untuk kelas sederhana maupun menengah ke atas. Sebut saja perumahan Villa Puncak Tidar, Pondok Blimbing Indah, Permata Jingga, Riverside, dan sebagainya.
Jumlah penduduk yang kian besar meningkatkan peluang bagi pembangunan shopping center. Ini yang memberi tekanan pada pusat kota. Peluang dan minat investor yang tinggi, sementara lahan yang available terbatas. Gedung-gedung tua yang bisa diremajakan sudah habis, sekolah yang ditukar fungsi jadi komersial Terjadilah konflik peruntukan lahan, antara ruang terbuka hijau dengan rencana pembangunan shopping center (mal). Akhirnya, stadion utama yang menjadi kebanggaan sekaligus paru-paru kota harus dikalahkan oleh pembangunan Mall Olympic Garden. Meskipun sebelumnya telah ada Malang Town Square.
Melihat situasi yang ada nampaknya sudah saatnya diterapkan growth management untuk kota Malang. Dari sisi bisnis properti sudah ada tanda-tanda zero sum game (tumbuh satu mati satu) di subsektor pertokoan. Sedang subsektor perumahan di pinggiran kota, karena sekitar Malang adalah lereng gunung, maka ancaman masalah lingkungan hidup juga sudah mulai jelas tanda-tandanya. Kota Malang relatif sudah tak sesejuk dulu, kehijauannya sudah mulai berkurang. (copyright by Risfan Munir)
Kota ini makin menarik dengan hadirnya Thomas Karsten yang mendesain kota dengan indah. Pola jaringan jalan utama yang mengindahkan pandangan ke arah gunung. Kekakuan pola kotak-kotak (grid) dihindari dengan lengkungan. Banyak taman kota dan delta di persimpangan jalan. Pepohonan yang meneduhi hampir semua jalan, dengan ketinggian dan kerapatan sesuai dengan hirarkhi jalan.
Kehidupan ekonomi awalnya ya pelayanan hinterland perkebunan tersebut. Sebagai kota pelayanan, sejak zaman Belanda fasilitas pendidikan sudah cukup menonjol di kota ini. Ditambah dengan udaranya yang sejuk, suasana tidak sepadat dan sesibuk Surabaya. Maka kegiatan pendidikan kian marak di kota ini.
Saat ini ada puluhan universitas besar, sebut saja Universitas Brawijaya, Univ. Negeri Malang, Univ. Merdeka, Univ. Muhammadiyah Malang, Institut Teknologi Malang, Institut Agama Islam, dan puluhan perguruan tinggi lainnya.
Kegiatan industri yang menonjol ialah pabrik rokok seperti Bentoel, Grendel, dan lainnya. Ada juga perusahaan karoseri bus Adi Putro. Selebihnya adalah industri kecil dan menengah seperti mebel dan lainnya.
Basis ekonomi di atas besar pengaruhnya terhadap permintaan dan pertumbuhan sektor properti. Permintaan (demand) ternyata tidak saja datang dari internal kota, tapi justru banyak dari luar kota, luar Jawa.
Citra kuat sebagai kota pendidikan telah menjadi daya tarik yang luar biasa. Banyak pembeli rumah datang dari kota-kota di Jawa Timur mapun dari Kalimantan, Maluku, Bali, Nusa Tenggara. Mereka adalah para alumni universitas di kota ini, yang bercita-cita untuk menyekolahkan anaknya di sini pula, sekaligus untuk berinvestasi.
Mereka itulah yang nampaknya telah menjadi pasar utama (prime customer) industri real estate di kota Malang. Ini adalah fenomena menarik, karena bagi kota seperti Malang ini analisis permintaan produk properti tidak hanya dari penduduk setempat tetapi juga dari kota bahkan pulau lain.
Banyak proyek perumahan skala besar untuk kelas sederhana maupun menengah ke atas. Sebut saja perumahan Villa Puncak Tidar, Pondok Blimbing Indah, Permata Jingga, Riverside, dan sebagainya.
Jumlah penduduk yang kian besar meningkatkan peluang bagi pembangunan shopping center. Ini yang memberi tekanan pada pusat kota. Peluang dan minat investor yang tinggi, sementara lahan yang available terbatas. Gedung-gedung tua yang bisa diremajakan sudah habis, sekolah yang ditukar fungsi jadi komersial Terjadilah konflik peruntukan lahan, antara ruang terbuka hijau dengan rencana pembangunan shopping center (mal). Akhirnya, stadion utama yang menjadi kebanggaan sekaligus paru-paru kota harus dikalahkan oleh pembangunan Mall Olympic Garden. Meskipun sebelumnya telah ada Malang Town Square.
Melihat situasi yang ada nampaknya sudah saatnya diterapkan growth management untuk kota Malang. Dari sisi bisnis properti sudah ada tanda-tanda zero sum game (tumbuh satu mati satu) di subsektor pertokoan. Sedang subsektor perumahan di pinggiran kota, karena sekitar Malang adalah lereng gunung, maka ancaman masalah lingkungan hidup juga sudah mulai jelas tanda-tandanya. Kota Malang relatif sudah tak sesejuk dulu, kehijauannya sudah mulai berkurang. (copyright by Risfan Munir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar